Hello guys!! Baru bisa bikin blog aku udah keranjingan bikin-bikin postingan (hehe..., harap maklumi orang udik nan ndeso ini yaa) Oke, aku bakal langsung aja ngebahas film favorit aku yang bikin "Syndorme Movie Maker"-ku kambuh lagi, tapi kali ini kambuhnya bikin aku semangat kebutin draft skripsiku di tengah kondisi fisikku yang drop (kok jadi curhat??)
Film ini menceritakan tentang sebuah perguruan Tongkat Emas yang didirikan oleh Cempaka (Christine Hakim) sang pendekar Tongkat Emas. Dia memiliki 4 orang murid yang terdiri dari Biru (Reza Rahardian), Gerhana (Tara Basro), Dara (Eva Celia), dan Angin (Aria Kusumah). Keempat murid Cempaka merupakan putra-putri dari orang-orang yang berhasil dikalahkannya. Suatu hari, Cempaka menyerahkan tongkat emas dan berniat menurunkan jurus melingkar bumi pada Dara. Hal ini membuat sepasang kekasih Biru dan Gerhana berang. Mereka bahkan meracuni Cempaka diam-diam. Ketika Cempaka hendak pergi meninggalkan perguruan bersama Dara dan Angin untuk mewariskan ilmunya, Biru dan Gerhana menyerangnya. Kondisi Cempaka yang semakin lemah membuatnya tewas di tangan Biru dan Gerhana. Sementara Dara dan Angin diperintahkan oleh Cempaka (sebelum mati) untuk melarikan diri dengan menjaga tongkat emas dan mencari Pendekar Naga Putih. Dara dan Angin diselamatkan oleh Elang (Nicholas Saputra).
Di sisi lain, Biru dan Gerhana bergabung dengan Perguruan Sayap Merah dan menyebar fitnah bahwa Dara dan Angin telah membunuh pendekar Tongkat Emas dan mencuri tongkat emas. Dara dan Angin mulai diburu penduduk. Hingga akhirnya, Angin menyerahkan diri demi menyelamatkan Dara. Dara tidak menyerah, ia berusaha menyelamatkan adik seperguruannya dari Biru dan Gerhana dengan menyerahkan tongkat emas. Belum puas mendapatkan yang diinginkannya, Biru dan Gerhana justru berniat menghabisi Dara dan Angin. Sayangnya, ilmu silat Dara dan Angin masih jauh di bawah Biru dan Gerhana. Angin tidak memiliki pilihan lain selain menotok jalan darah Dara dan menyerahkan dirinya. Angin pun tewas di tangan Biru dan Gerhana.
Biru dan Gerhana menguasai Perguruan Sayap Merah setelah berhasil meracuni pimpinan perguruan dan mendapatkan tongkat emas. Tak hanya itu, mereka berniat menguasai dunia persilatan. Korban pun berjatuhan, baik pendekar maupun rakyat jelata. Bahkan datuk-datuk persilatan pun juga turut menjadi korban mereka. Hal ini menggugah hati Elang untuk melanggar sumpahnya dan mengungkapkan jati dirinya. Elang adalah putra kandung Cempaka dan Naga Putih (Darius Sinathrya). Jurus melingkar bumi merupakan jurus berpasangan dan Elang bersedia mengajarkannya pada Dara sekaligus menjadi pasangannya dalam melancarkan jurus itu.
Setelah berhasil menguasai jurus melingkar bumi, Dara dan Elang mendatangi Perguruan Sayap Merah untuk menantang mereka. Pertarungan sengit pun terjadi. Kemampuan Dara meningkat pesat. Ia bahkan dapat mengalahkan Gerhana. Pada dasarnya, Biru dan Gerhana hanya mendapatkan tongkat emasnya saja tanpa menguasai jurus pamungkasnya, sedangkan Dara dan Elang walau tidak menggenggam tongkat emas namun mereka menguasai jurus melingkar bumi. Takdir pun berkata lain, tongkat emas jatuh ke tangan Elang dan Dara sehingga mereka dapat melancarkan jurus melingkar bumi yang mampu mengalahkan Biru.
Film ini diakhiri dengan berpisahnya Dara dan Elang. Dara melanjutkan Perguruan Tongkat Emas dengan mengangkat putri Bayu dan Gerhana sebagai muridnya, sedangkan Elang pergi menjalani hukumannya karena telah melanggar sumpahnya.
Komentar aku mengenai film ini sepertinyaaa.... gak ada kata lain selain VERY VERY EXCELLENT. Jujur aja saat menyaksikan adegan-adegan laganya saya sampe gak ngedipin mata saking bagusnya, serasa melihat Donnie Yen (14 Blades), Jackie Chen (Shaolin Temple), dan Tony Jaa (Ong Bak) berlaga huaa... akhirnya ada juga film silat Indonesia yang bagus tanpa memerlihatkan kesadisan. Saya salut banget sama produksinya yang konon katanya miliaran. Dan para aktor pun bersungguh-sungguh menjalani proses shooting (bisa dilihat di behind the scene-nya), dari bulan Oktober 2013 dan 2 bulan latihan koreografinya. Jujur aja, saya dari 2010 (habis nonton Jumong Prince of The Legend) selalu bercita-cita pengen bikin film laga kolosal (nyampe kebawa mimpi, eh.. kuliah saya juga keganggu makanya gak lulus-lulus hehe...). Udah ah, curhat ane diberhentiin dulu yak!
Dari segi ceritanya, menurut saya skenario film ini cukup kuat karena ketika saya menonton di bioskop, saya lihat penonton pada dibikin betah sampe film ini selesai (termasuk saya). Dan film ini kaya akan moral: ketamakan dan kesetiaan akan kebaikan dan kebenaran, dimana pasti menjadi ciri khas film-film silat. Tapi untuk filosofi silatnya, punteun banget, masih belum masuk. Satu-satunya film seni beladiri Indonesia yang mulai kental dengan filosofi silatnya itu Merantau. Tapi nilai-nilai moral sebagai ciri khas film silat sudah ada kok.
Ngomong-ngomong soal silat, kalo saya cermatin, beberapa adegan laga ada yang ritme-nya kecepetan jadi sebagai penonton terkadang rada bingung, ini habis tendang, pukul, trus apa lagi? Nah menurut saya, mungkin sebaiknya ritmenya agak lebih lambat, seperti dalam film Sha Po Lang (Kill Zone). Selain ritme yang agak pelan, perlu juga dibuat adegan slow motion pada beberapa adegan laga, misal ketika memukul yang membuat lawan kewalahan. Hal ini juga pernah saya liat pas di film Ip Man 1 & 2 sama Tom Yum Goong. Tapi di luar itu semuanya tampak sempurna. Jujur baru kali ini saya nonton film laga kolosal Indonesia yang koreografinya mantep. Tapi sebenernya saya juga rada kecewa setelah liat koreografinya yang ketara banget sama gerakan Wushu dan Shaolin (kungfu). Karena ini latarnya Indonesia, saya lebih suka kalo Pencak Silat yang digunakan dalam koreografinya. Toh Pencak Silat itu memang asli Indonesia dan banyak perguruan yang juga menggunakan jurus toya seperti Perisai Diri, Setia Hati Teratai, dll. Kemaren ada yang ngomong sama saya kalo Silat kita asalnya dari Tiongkok. Waduuuh... salah besar tuh! Tiongkok mah kungfu, kita asli Pencak Silat, dari masa Sriwijaya vs Tarumanegara dan Kalingga, dinasti Sanjaya sampe Rajasa, era Demak sampe sekarang, silat dan ilmu kanuragan tetep asli Indonesia. Biarpun gerakan terkadang ada yang mirip, itu karena akulturasi budaya ketika pendekar Tiongkok (yang banyak juga pedagang) datang ke Indonesia dan kita juga menerima mereka dalam berdagang, selain itu kan anatomi tubuh manusia sama hehe....
Well, tapi saya tetep bangga sama flm Pendekar Tongkat Emas karena mereka bersedia menggarap film ini dengan serius dan sangat baik. Saya berharap akan lebih banyak lagi film-film berkualitas seperti ini di Indonesia dan bisa menembus box office, amiiiiin......
Database film:
Pemain :
- Eva Celia sebagai Dara
- Nicholas Saputra sebagai Elang
- Reza Rahardian sebagai Biru
- Tara Basro sebagai Gerhana
- Aria Kusumah sebagai Angin
- Christine Hakim sebagai Cempaka
Pemain lain: Slamet Rahardjo, Darius Sinathrya, Prisia Nasution (Cempaka muda), Wani Dharmawan, Landung Simatupang
Sutradara : Ifa Isfansyah
Produser: Mira Lesmana, Riri Riza,
Pengembangan cerita: Mira Lesmana, Riri Riza, Ifa Isfansyah, Eddie Cahyono.
(Dikutip dari berbagai sumber)